24 Agustus 2010

Yang Mati

Pagi ini ada keinginan kuat untuk melintasi komplek kuburan dekat rumah. Saya ikuti keinginan itu. Ada getaran yang sepertinya belum pernah saya rasakan. Betul saja, sampai di depan gerbang dan nampak jajaran rapi batu-batu nisan itu, air mata saya mulai merebak. "Assalamu'alaikum wahai ahli kubur. Sedang apakah anda semua pagi ini?"

Sedang apakah mereka pagi ini? Siang nanti? Sore? Malam? Besok? Lusa? Minggu depan? Bulan depan? Tahun depan? Sepuluh tahun lagi? Masya Allah... apa lagi yang bisa mereka perbuat?

Kembali terngiang lagunya Opick:
"Bila waktu tlah memanggil,
teman sejati hanyalah amal.
Bila waktu tlah terhenti,
teman sejati tinggallah sepi."

Ada saat ketika berhari-hari saya ketakutan setengah mati. Sebenarnya ketakutan saya hanya satu saja, yaitu ketika sholat malam. Saya bayangkan, saat saya mengakhiri sholat dan menoleh ke belakang mengucap salam, mata saya akan menangkap sosok Izroil. Hitam. Diam. Menunggu saya dengan tenang di sudut ruangan. Saya? Sekarang? Harus?

Saya hanya bisa menangis. Membayangkan saja saya tidak bisa berkutik, apalagi kalau sungguhan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar