11 Maret 2010

Marah-marah

“Kalau Ibuk nggak marah-marah lagi, nanti Ibuk muda terus dan nggak mati-mati.” (FAZA: Senin, 24 April 2006)

Pagi tadi sewaktu beres-beres meja kerja, saya temukan beberapa buku catatan yang sudah lampau. Iseng saja saya buka satu persatu, diantaranya yang menarik adalah pernyataan Faza di atas.

Lawan dari kalimat diatas barangkali begini: Jika Ibuk suka marah-marah, Ibuk akan cepat tua dan cepat mati. Aha, betul sekali!

Padahal dalam percakapan sehari-hari kalimat kedualah yang lebih sering diungkapkan. Kenapa begitu? Barangkali karena kita lebih mudah menggunakan kalimat yang bermakna negatif daripada sebaliknya. Contohnya antara lain; “Kalau kamu malas belajar nanti jadi anak bodoh”. Mengapa kita tidak lebih suka menggunakan kalimat “Kalau kamu tidak malas belajar nanti kamu akan jadi anak pintar”. Maknanya sama, tapi bisa jadi justru lebih mengena nasehat kedua daripada nasehat yang pertama.

Kembali pada Faza. Dia mengatakan kalimat diatas saat dia hampir menginjak usia 7 tahun. Jika anak sekecil itu bisa mengungkapkan sesuatu dengan kalimat yang lebih bijaksana, mengapa saya yang yang jadi ibunya sulit menggunakan kata-kata yang lebih ‘manis’ untuknya?


Sepertinya saya perlu membolak-balik lagi buku catatan saya, membacanya lagi, barangkali di sana saya bisa belajar lebih banyak dari Faza atau kakaknya.