19 Agustus 2010

Eps.Tarawih: Infaq

Ada hal baru yang bisa saya lakukan ketika tarawih, yaitu punya kesempatan mengisi kotak infaq setiap hari. Sepertinya sudah menjadi kebiasaan saya untuk mencari nilai nominal mata uang terkecil untuk mengisi kotak infaq tersebut. Ada lima ratus ya lima ratus, ada seribu ya seribu, namun ketika nilai nominal terkecil tinggal sepuluh ribu saya jadi ragu-ragu. Masak sih, infaq kok sepuluh ribu? Nggak kebanyakan?

Suatu ketika nominal terkecil di dompet saya lima ribu, dengan agak berat saya masukkan uang lima ribu itu di kotak. Hari berikutnya sengaja saya membawa pecahan dengan beberapa nilai nominal. Ketika tangan saya menggapai seribuan, hati saya merasa malu. Benar, cuma seribu? Iya deh... dua ribu.

Hari berikutnya lagi saya buru-buru berangkat terawih tanpa sempat menyiapkan recehan di dompet saya. Ketika edaran kotak infaq kian dekat menghampiri saya, saya mulai membuka dompet. Wah, tidak ada uang kecil. Cuma ada selembar seratus ribuan dan dua lembar dua puluh ribuan. Kalau tidak memberi hati saya merasa tidak enak. Pelit ya Bu? Lalu saya tersenyum. Allah tahu hati dan pikiran saya. Akhirnya saya raih selembar dua puluh ribuan untuk dimasukkan ke kontak infaq. Meski yang saya pilih tetap nominal terkecil, hati saya terasa lega.

Agaknya saya masih harus banyak belajar untuk tidak terpaku pada ‘mencari yang terkecil untuk memberi’. Bukan pada nilai nominalnya, tapi lebih kepada keikhlasannya. Ternyata ‘level’ saya masih di tingkat bawah. Semoga masih diberi cukup waktu untuk mengoreksi dan memperbaiki diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar