24 Februari 2010

Klakson

Sebel nggak sih, kalau kendaraan di belakang kita terus mengklakson?

Itulah yang saya alami pagi ini. Rasanya saya sudah berjalan di sisi yang benar. Di sisi sebelah kiri, tidak terlalu ke tengah karena saya mengendarai sepeda motor. Tapi kendaraan atau tepatnya mobil di belakang saya terus mengklakson saya. Heran, kurang minggir gimana lagi sih?

Oke… oke… motor lalu saya pepetkan ke kiri, memberi jalan yang lebih lapang untuk kendaraan ‘cerewet’ di belakang saya. Silakan tuaaan…. grr! Setelah dia melewati saya ternyata masih saja terus membunyikan klaksonnya. Padahal kondisi jalan di depan cukup sepi, tidak banyak kendaraan di sana. Aneh!

Yang saya tahu, ada beberapa orang yang sangat jarang sekali membunyikan klakson. “Kalau nggak terpaksa mendingan nggaklah, nggak perlu“, kata mereka memberi alasan. Diantaranya memang pernah tinggal di luar negeri. Di negara-negara yang lebih maju, lalu lintasnya jauh lebih tertib sehingga jarang sekali terdengar bunyi klakson. Selain itu karena memang tidak perlu membunyikannya.

Ternyata ada jenis pengemudi lain dengan kebiasaaan yang sangat berlawanan. Saya jadi ingat ketika suatu kali pernah menumpang sebuah taksi yang pengemudinya gemar sekali membunyikan klakson. Sepanjang jalan dari rumah menuju tujuan, selama 30 menit, bapak pengemudi taksi ini terus saja membunyikan klakson. Baik di jalan ramai maupun jalan sepi. Berisik sekali. Saya lalu mencoba berdamai dengan telinga saya dengan cara mengamati, saat bagaimana sajakah si bapak ini membunyikan klaksonnya. Sepertinya si bapak ini memang hobby mendengarkan suara klakson karena hampir tidak ada alasan khusus ketika membunyikannya. Suaranya bagus ya Pak? Hehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar