17 Juni 2006

Portal

RT kampung saya dua tahun yang lalu secara swadaya memasang paving di jalan lingkungan. Hasilnya bagus. Jalan selebar 5 meter itu menjadi lebih rapi dan bersih.Tinggal bagaimana warga memeliharanya.
Paving selesai dikerjakan, timbul ide untuk memasang portal. Portal ini bukan seperti portal yang umumnya kita jumpai di jalan masuk sebuah perumahan. Portal ini, setinggi 2 m, gunanya untuk menyeleksi kendaraan berat yang akan masuk ke wilayah RT kita, seperti truk pengangkut bahan material, truk pindahan, dll. Kenapa? Ya... agar pavingnya tidak cepat rusak.
Ketika saya merenovasi tumah, urusan portal ini cukup merepotkan. Truk pasir sering tiba tengah malam atau dini hari karena dipesan langsung dari penambang. Jika sehari sebelumnya lupa meminjam kunci, urusan ini menjadi menyebalkan. Truk harus dipandu untuk mengambil jalan memutar tanpa portal yang tentu saja selain sempit juga banyak kendaraan yang diparkir di badan jalan, belum lagi pohon mangga atau rambutan dengan buah yang menggelantung rendah. Truk selesai dengan tugasnya, berikutnya adalah tugas saya membersihkan jalan dari ranting yang patah atau buah yang jatuh karena tersenggol truk.
Urusan portal iki semakin menjengkelkan ketika sebagian jalan yang menjadi milik bersama antara dua RT kunci portalnya diganti secara sepihak. Portal pembawa sengketa. Mengapa tidak diambil jalan tengah saja. Barang siapa melewati jalan dan merusakkan pavingnya harus mengganti atau memperbaiki seperti semula.
Memang repot berhadapan dengan orang yang tingkat “ngeyel”nya tinggi. Debat kusir, mempertahankan pendapat yang sama sekali tidak bermutu. Mobil-mobil pengangkut air mineral atau minyak tanah bisa masuk dengan leluasa, sementara sopir yang kadang membawa bis kantor pulang ke rumah harus parkir jauh diluar komplek. Bukan diukur dari berat kendaraan tapi dilihat dari besar kendaraan.
Akhirnya, setelah dibicarakan di tingkat RW, rapat RT kita bulan ini memutuskan bahwa portal akan segera dibongkar. Sekaligus membongkat ketidakmutuan yang diakibatkannya.

3 komentar:

  1. Sabar... sabar...
    Semestinya urusan yg kayak gini mah sudah kenyang, bangsa kita ini.

    Yg nyebelin tuh, kadang bukannya jalan keluar yg dicari, tapi "siapa yang salah" justru yang asik didebatkan.
    Wahh..

    BalasHapus
  2. wah kebayang deh pasti 'berasap2' deh klo eyel2an yg tak bertepi ya pin.

    BalasHapus
  3. Dulu Pin, aku ditarik iuran untuk pasang paving jalan kecil di depan rumahku yg di kudus, alasannya biar nggak becek kalo hujan dsb. Saat kami liburan beberapa thn lalu, waduh...kami nggak bisa tidur nyenyak seperti biasanya, motor2 pada lalulalang didepan rumah spagi, siang, malam, ngebut lagi suaranya.....ampun kenceng sekali! jadi agak menyesal juga dulu aku dukung untuk pembuatan paving, padahal jalan2 yg lain juga masih tanah biasa!

    BalasHapus